Jumat, 14 Juni 2013

PINCANG

oleh Suko Hadi Prayitno (Catatan) pada 25 Maret 2011 pukul 15:00
Momentum terbesar dalam hidup ini terjalani sempurna, tanpa ruang pembelaan apalagi boikot kehendak-Nya .... Subhannallah, betapa kecilnya kita dan benar-benar tak punya kuasa atas takdir-Nya.
Sedih dan sesal hanya guratan tak berguna .............. kecuali cinta yang tersisa, tidak logis dan menyiksa ................
Tidak hanya itu, kehilanganmu juga secara perlahan mengganggu bilik empati peduli dan eksistensi ini ........................
Aku mulai rapuh dan tak percaya diri ........... kau ternyata sumber dari bersinarnya masa lalu. Kini aku sendiri berselimut ketidakpastian .................mataku berkunang, tak jelas dan samar
Mereka juga tak lagi seindah dulu .................... aku terkesan bukan siapa-siapa ...... ada dan tiada :tak ada beda ....... Mega pertanyaan menyeruak menusuk tajam nurani, menggoda, nakal, dan menuju satu titik jawaban mengerikan.
"Apakah aku akan kehilangan semuanya?" Mungkin...........cahaya itu sudah terlihat walau tak sempurna.
Cintamu yang telah hilang membuat semuanya meredup ........ suram dan tak jelas hingga batas-batas privasi mudah terpenetrasi.
Jujur .........aku sedang dilanda ke'takut'an luar biasa .....ya Allah berikan hambamu kekuatan, agar aku tak tergelincir dan tak mampu hadapi terpaan hidup ini
Ya ... hanya kepada-Mu ya Allah aku minta pertolongan ...........................................................................

One Foot in May Day

One Foot in May Day

Journey of my life is a series of events that I could not refuse, flowing, down, up and forming a pattern of identity intact.

Eight months in the contemplation and self-training, to receive all the trials, the burden, suffering and fortitude.

And from 1 May 2013 all I start again from scratch. For the sake of my son and for my life